Ratusan Orang Padati Sosialisasi Perdagangan Karbon yang Digelar BRIN dan IDX

JAKARTA – Ratusan orang dari berbagai profesi memadati kegiatan sosialisasi perdagangan karbon yang digelar oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang dikerjasamakan dengan pihak Indonesia Exchange (IDX) atau PT Bursa Efek Indonesia (BEI).

Kegiatan yang digelar Senin (13/1/2025) itu dilakukan sebagai persiapan peluncuran perdagangan karbon Indonesia untuk pasar internasional, dan dihadiri oleh para peneliti, mahasiswa, pelaku industri yang bergerak di bidang karbon, dan elemen lainnya

Dalam kesempatan itu, seperti keterangan resmi yang diterima media, Rabu (15/1/2025), Senior Analyst Pengembangan Karbon Trading PT BEI, Parlin Octavian Waldemar Tambunan, menjelaskan tentang platform IDXCarbon.

“Pelaku usaha yang ingin bergabung dalam bursa karbon melalui IDXCarbon harus memenuhi mekanisme yang telah ditetapkan. Hal ini bertujuan menjaga kredibilitas dan kualitas perdagangan karbon,” kata dia.

Kata dia, PT BEI melalui platform IDXCarbon menyediakan infrastruktur perdagangan karbon di bawah pengawasan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Pihaknya memastikan kalau IDXCarbon dirancang untuk memastikan transparansi, likuiditas, efisiensi, dan kemudahan akses dalam transaksi karbon.

“Platform ini memberikan solusi perdagangan karbon berkualitas tinggi dengan keamanan terbaik dan kemudahan transaksi berskala internasional,” tambah dia.

Sementara itu Edwin Hartanto dari IDXCarbon menekankan, perdagangan karbon memiliki sifat unik dibandingkan aset atau komoditas lain seperti batu bara dan emas.

“Setiap negara memiliki pandangan berbeda terhadap karbon, sehingga perlu diskusi mendalam untuk mencapai kesepahaman,” ujar Edwin.

Edwin berharap diskusi yang digelar dapat menghasilkan pemahaman yang lebih mendalam, sehingga pelaku usaha dapat berkontribusi dalam pembuatan aturan yang mendukung pengakuan internasional terhadap perdagangan karbon Indonesia.

IDXCarbon menawarkan akses perdagangan karbon yang sesuai dengan kebutuhan industri, mendorong kolaborasi lintas sektor untuk mencapai tujuan rendah emisi.

Pihaknya berharap Indonesia semakin siap memanfaatkan perdagangan karbon sebagai salah satu instrumen utama mencapai masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Sebelumnya Kepala Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (PRSPBPDH) BRIN, Nugroho Adi Sasongko, menyampaikan, Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2021 menetapkan nilai ekonomi karbon sebagai salah satu strategi penurunan emisi, yang diimplementasikan melalui perdagangan karbon.

“Langkah ini tidak hanya menjadi solusi untuk mendukung tujuan Nationally Determined Contribution (NDC), tetapi juga menjadi peluang ekonomi yang dapat mendorong inovasi dan investasi dalam teknologi ramah lingkungan,” kata Nugroho.

Perubahan iklim, lanjut dia, menjadi tantangan global yang mendesak. Dampaknya seperti peningkatan suhu bumi yang telah dirasakan di berbagai belahan dunia.

Melalui COP 21 di Paris, komunitas internasional menyepakati langkah-langkah untuk menekan kenaikan suhu hingga 1,5 derajat celsius, sebagaimana tertuang dalam Paris Agreement.

Sebagai bagian dari upaya ini, Indonesia berkomitmen untuk mencapai target penurunan emisi gas rumah kaca melalui Enhanced Nationally Determined Contribution (ENDC).

“Target yang dicanangkan adalah penurunan emisi sebesar 31,89 persen hingga 43,20 persen pada 2030 dibandingkan skenario Business as Usual atau BAU,” terang Nugroho.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!