Benanusa.com, Tanjungjabung Barat – Sudah empat tahun Ustadz Imron tak lagi menggunakan pupuk kimia. Bukan hanya itu, ia juga tak lagi memakai pestisida atau racun kimia jenis apapun lagi. Sejak tahun 2018, ia hanya menggunakan jangkos tanpa tambahan lain di kebun sawit sekitar pesantren miliknya.
Mulanya, tanaman sawitnya kering dan seperti sudah hampir mati. Sebab, jenis tanah di kebunnya merupakan tanah berpasir.
“Waktu itu kondisi sawitnya kurang bagus. Tahu sendirilah kalau tanah di pasir itu bagaimana kan gitu, pertumbuhan jadi kurang,” tuturnya mengutip dari elaeis.co, Sabtu (17/9/2022).
Kebun sawit milik Imron seluas 2 hektar itu sudah ia hibahkan ke pesantren Al-Rasyid yang ia pimpin. Sebagian pohon sawit sudah ditumbang untuk menjadi bangunan pesantren. Sisanya dibiarkan untuk terus dimanfaatkan untuk kebutuhan pesantren. Pondok Pesantren Modern Al-Rosyid terletak di Desa Suban, Kecamatan Batang Asam Kabupaten Tanjungjabung Barat.
“Kebun ini kan saya hibahkan, yang ditumbang Cuma sebagian untuk bangunan pesantren. Sisanya, kita biarkan dan dirawan supaya bisa diambil manfaatknya,” ucapnya.
Dari kebun seluas 2 hektar dengan 190 batang sawit yang tumbuh, bisa dipanen hingga 2,4 ton sekali panen atau 14 hari. Maka dalam sebulan bisa mencapai 4,8 ton.
“Untuk jumlah pemupukan lumayan banyak. Sebab kita tebar rata 100 persen. Supaya tidak ada gulma yang tumbuh. Kalau kita tebar rata butuh sekitar 60 mobil. Harga per mobil Rp 400-500 ribu,” ucapnya.
Menurutnya, jumlah tersebut cukup besar dan cukup berat bagi petani-petani pada umumnya. Jika diasumsikan harga TBS Rp 1.500, maka penghasilan dalam sebulan dari TBS hanya Rp 7,2 juta. Sedangkan pengeluaran untuk jangkos, 60 truk X Rp 500 ribu. Rp 30 juta per 6 bulan. Atau per bulan perlu menyisihkan Rp 5 juta rupiah.
“Iya lumayan mahal, tapi hasilnya dapat tanah bagus. Terus, untuk rumput pun kan seharusnya kita perlu terbas dalam 3 bulan atau 4 bulan, kalau pakai jangkos sudah tidak perlu lagi. Kan sudah tertutupi di situ. Selain itu, kita bisa panen jamur yang tumbuh alami. Dari jamur itu, setiap hari bisa panen 15-20 kilogram. Dan kita bisa panen jamur ini sampai 2 bulan penuh,” ujarnya.
Harga pasaran jamur sawit di daerah tersebut ialah Rp 15.000. Maka dalam sekali fase tabur pupuk jangkos (6 bulan), akan memperoleh pendapatan tambahan dari jamur sebanyak 15 Kg X Rp 15.000 x 60 hari = Rp 13,5 juta. Atau bisa diasumsikan, setiap bulan mendapat tambahan Rp 2,25 juta.
“Ya kita coba kita aplikasikan dengan banyak metode kan sebenarnya seperti itu ada yang full ada yang ditaruh di bawah sawit. Ada yang mungkin di gang pasar matinya kan seperti itu. Cuma kita emang coba metode buat full gitu. Ya dapat manfaat jamur, lebih ramah lingkungan, tanpa pupuk kimia dan gak perlu racun gulma lagi,” katanya.
Ia berharap ke depannya bisa memiliki mesin pencacah. Karena menurutnya, saat ini cukup sulit untuk pengapilkasiannya.
“Harapannya kita bisa punya mesin cacah nanti untuk memudahkan kita pengaplikasian. Soalnya kan lumayan berat saat menyerakkan jangkos itu. Kalau sudah dicacah mesin kan nanti bisa kita kemas dalam karung menjadi lebih mudah saat menebar,” kata Ustadz Imron Rusdjidi.