Opini  

Kekuatan Tirakat

Oleh: Wayan Supadno

Sungguh, kita patut bersyukur hidup di negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila. Yang pada sila ke 1 hal Tuhan Yang Maha Esa. Sila ke-2 hal Kemanusiaan. “Siapa yang bisa memuliakan kemanusiaan dialah manusia mulia, niscaya disayang Tuhan Sang Pencipta dan Maha Berkuasa,” ujar Guru Malamku dulu.

Berikut pengalaman saya pribadi betapa dahsyatnya kekuatan doa saat tirakat. Orang Jawa bilang “Khabul kajate, mandi pangucape”. Khabul niatnya dan terwujud  ucapan doanya. Sayalah saksi atas kekuatan dan kekuasaan Tuhan benar adanya. Fakta. Tak terbantahkan bahwa Tuhan Maha Suci adanya.

Di antaranya ;

  1. Tahun 1995, saya dinas militer jadi guru pelatih militer di Dodiklatpur Rindam I/BB Pematang Siantar Sumut. Belajar usaha di luar jam dinas. Asal halal. Utang Primkopad Rp 700.000, Rp 400.000 buat beli Vespa Kongo, Rp 200.000 buat ucapan terima kasih ke dokter obgyn karena anak pertama lahir dan Rp 100.000 jadi modal usaha. Tahun 1997, jual beli benih kacang – kacangan PJ (Pueraria Javanica). Di Bah Jambi PTPN IV. Paling mahal di antara benih. Saya ditipu pembeli di Riau sebanyak 6 ton, padahal barang tersebut milik orang percaya ke saya, tanpa dibayar di atas Rp 100 juta. Oleh 3 orang. Lalu saya tirakat, puasa 7 hari hanya makan nasi putih seperlunya. Minta keadilan kepada Nya. Setelah 2 mingguan mereka datang silih berganti ke rumah minta maaf, dalam kondisi sakit beda – beda.
  1. Tahun 2003, saya cetak kebun sawit di Kandis Riau. Diborongkan ke pihak lain seluas 43 hektar. Karena sibuk dinas militer. Ternyata kebun tidak jadi justru bibitnya ditanam di lahan milik pemborong di kabupaten lain. Ditipu mentah – mentah. Lagi saya tirakat. Eh, tidak lama sebulan berikutnya. Istrinya tiap hari telepon saya bahwa suaminya sakit keras mengigau mencari saya berhari – hari.
  2. Tahun 2016, beli tanah untuk kebun di Kalimantan. Tanah tidak dapat sejengkal pun. Bermasalah. Tapi uang habis. Ditagih tidak dibayar, justru selalu mengajak bertengkar. Merasa lebih hebat karena ketua preman. Kembali tirakat. Sekitar 3 minggu berikutnya, anak dan istrinya tiap hari telepon saya. Tidak saya angkat. Lalu SMS kalau suaminya 7 hari merasa mau meninggal kok sulit. Mau minta maaf ke saya dulu sebelum meninggal.

Kali ini doaku, semoga bangsa ini bebas dari masalah serius seperti di negara lain dan semoga segenap saudaraku sesama petani sawit diberikan kekuatan oleh Tuhan Maha Suci. Saya tahu persis rasanya tatkala selalu ada kebutuhan hidup sekeluarga, apalagi ada utang bank tapi seketika tanpa pendapatan seperti biasanya. Tak ubahnya petani sawit saat ini. Berat sekali. Bukan hal mudah. Butuh kesabaran dan bantuan kekuatan Tuhan juga.

“Suro diro jayaningrat, lebur dening pangastuti.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

error: Content is protected !!